Sorgum: Sejarah, Asal Usul, Fakta, dan Potensinya Sebagai Pangan Masa Depan


Pendahuluan

Sorgum merupakan salah satu tanaman biji-bijian tertua di dunia yang memiliki nilai ekonomi, nutrisi, dan ekologis yang tinggi. Meskipun belum sepopuler padi, gandum, atau jagung, sorgum memiliki potensi besar sebagai sumber pangan alternatif yang tahan terhadap perubahan iklim. Tanaman ini dikenal karena kemampuannya tumbuh di lahan kering dan panas, sehingga sering dijuluki sebagai “tanaman tangguh dari Afrika”.


Asal Usul dan Sejarah Awal

Para ahli meyakini bahwa sorgum berasal dari kawasan timur laut Afrika, terutama wilayah Sudan dan Ethiopia. Di daerah inilah ditemukan berbagai jenis sorgum liar dan budidaya yang menandakan asal domestikasinya. Berdasarkan temuan arkeologi, masyarakat di wilayah Sahara telah memanfaatkan sorgum liar sekitar 7.500 tahun SM sebagai bahan pangan dan sumber energi.

Proses domestikasi sorgum diperkirakan terjadi sekitar 4.000 SM di Sudan Timur, khususnya di lembah Sungai Atbara dan Gash. Dari sana, sorgum menyebar ke wilayah lain di Afrika, kemudian menyeberang ke India melalui jalur perdagangan Laut Arab. Sekitar abad pertama sebelum masehi, tanaman ini mulai dikenal di Asia Selatan, Asia Tenggara, hingga Tiongkok. Penyebaran ke benua Amerika baru terjadi pada abad ke-19, ketika para pedagang membawa benih sorgum dari Afrika Barat.

Nama “sorgum” sendiri berasal dari bahasa Italia sorgo, yang kemungkinan berakar dari kata Latin syricum, berarti “biji-bijian dari Suriah”. Dari sinilah istilah tersebut menyebar ke berbagai bahasa di dunia.


Keanekaragaman dan Karakteristik Tanaman

Sorgum termasuk dalam keluarga rumput-rumputan (Poaceae), genus Sorghum. Tanaman ini memiliki banyak varietas yang dibedakan berdasarkan bentuk, warna, dan kegunaannya. Beberapa jenis utama di antaranya Sorghum bicolor, Sorghum durra, Sorghum caudatum, dan Sorghum guinea.

Tanaman sorgum dikenal memiliki sistem perakaran yang dalam, sehingga mampu menyerap air dari lapisan tanah yang lebih rendah. Hal inilah yang membuatnya sangat tahan terhadap kekeringan. Umumnya, sorgum dapat tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan minimal. Biji sorgum berukuran kecil, berbentuk bulat, dan berwarna putih, merah, hingga cokelat tua tergantung varietasnya.


Pemanfaatan Sejak Masa Kuno

Sejak ribuan tahun lalu, sorgum telah menjadi makanan pokok bagi masyarakat Afrika dan India. Di Ethiopia, biji sorgum digunakan untuk membuat roti tradisional bernama injera, sementara di India dikenal sebagai bahan utama jowar roti atau bhakri. Di Asia Timur, terutama Tiongkok, sorgum dimanfaatkan untuk membuat minuman fermentasi seperti baijiu atau arak tradisional.

Selain sebagai bahan pangan, sorgum juga digunakan untuk pakan ternak, bahan bakar bioetanol, dan bahan kerajinan. Jenis broomcorn bahkan digunakan untuk membuat sapu tradisional, sehingga sorgum memiliki nilai ekonomi yang beragam. Dalam beberapa kebudayaan Afrika, sorgum juga memiliki makna simbolik sebagai lambang kesuburan dan ketahanan hidup.


Fakta Menarik tentang Sorgum

1. Bebas Gluten

Sorgum merupakan biji-bijian alami yang tidak mengandung gluten, sehingga aman dikonsumsi oleh penderita celiac atau mereka yang menjalani diet bebas gluten.


2. Kaya Nutrisi

Dalam setiap 100 gram biji sorgum terdapat sekitar 72 gram karbohidrat, 10–12 gram protein, 3–4 gram lemak, serta berbagai vitamin dan mineral penting seperti zat besi, magnesium, dan fosfor.


3, Tahan terhadap Perubahan Iklim

Dibandingkan dengan gandum atau padi, sorgum membutuhkan air jauh lebih sedikit dan tetap mampu tumbuh di tanah marginal. Oleh karena itu, tanaman ini sering dijadikan alternatif di daerah rawan kekeringan.


4. Lima Besar Biji-Bijian Dunia

Berdasarkan data FAO, sorgum menempati urutan kelima sebagai biji-bijian dengan produksi terbesar di dunia setelah jagung, beras, gandum, dan barley.


5. “Bijian Kuno” yang Bangkit Kembali

Dalam beberapa tahun terakhir, sorgum mulai diminati kembali di pasar global sebagai bahan pangan sehat. Banyak produk modern seperti sereal, tepung bebas gluten, dan camilan sehat yang menggunakan tepung sorgum sebagai bahan utamanya.


Perkembangan dan Penyebaran Modern

Sorgum pertama kali diperkenalkan ke Amerika Serikat pada abad ke-18 dan mulai dikembangkan secara luas pada pertengahan abad ke-19. Varietas yang paling populer saat itu adalah broomcorn, digunakan untuk membuat sapu. Kini, AS menjadi salah satu produsen sorgum terbesar di dunia bersama India, Nigeria, dan Sudan.

Kemajuan teknologi pertanian juga berperan besar dalam pengembangan varietas sorgum modern. Peneliti telah berhasil menciptakan hibrida dengan hasil panen tinggi, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan beradaptasi di berbagai kondisi lahan. Di beberapa negara, seperti Australia dan Tiongkok, sorgum juga dikembangkan untuk produksi bioetanol sebagai sumber energi terbarukan.


Potensi di Indonesia

Di Indonesia, sorgum mulai mendapat perhatian sebagai tanaman alternatif untuk diversifikasi pangan dan bahan baku industri. Tanaman ini dapat tumbuh di lahan kering seperti Nusa Tenggara Timur, Madura, dan sebagian wilayah Jawa Tengah. Pemerintah bersama lembaga penelitian pertanian kini tengah mendorong pengembangan sorgum nasional guna mengurangi ketergantungan pada impor gandum.

Selain untuk pangan, sorgum juga memiliki potensi besar sebagai bahan pakan ternak, bahan bakar nabati, serta bahan dasar industri pangan seperti tepung, sirup, dan minuman fermentasi lokal. Dengan pengelolaan yang tepat, sorgum bisa menjadi komoditas strategis dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketahanan pangan nasional.


Tantangan dan Peluang ke Depan

Meski memiliki banyak keunggulan, pengembangan sorgum masih menghadapi sejumlah kendala, seperti keterbatasan lahan, rendahnya pengetahuan petani, serta minimnya dukungan pasar. Namun, meningkatnya kesadaran akan pangan sehat dan ramah lingkungan membuka peluang besar bagi sorgum untuk bersaing di pasar global.

Dengan inovasi teknologi, peningkatan produktivitas, serta promosi yang lebih luas, sorgum dapat menjadi bagian penting dari sistem pangan berkelanjutan. Tanaman ini tidak hanya berperan sebagai sumber gizi, tetapi juga solusi ekologis dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan ketahanan pangan masa depan.


Kesimpulan

Sorgum adalah tanaman biji-bijian yang telah menemani peradaban manusia sejak ribuan tahun lalu. Berasal dari Afrika, tanaman ini menyebar ke berbagai penjuru dunia dan berperan penting dalam sejarah pertanian global. Keunggulannya yang tahan kering, kaya nutrisi, serta multifungsi menjadikannya salah satu komoditas potensial di era perubahan iklim.

Dengan dukungan riset, kebijakan pertanian, dan minat masyarakat terhadap pangan sehat, sorgum berpeluang besar menjadi salah satu sumber pangan masa depan yang berkelanjutan dan menguntungkan bagi banyak negara, termasuk Indonesia.


Daftar Referensi:

  • Food and Agriculture Organization (FAO). Sorghum and Millets in Human Nutrition. 1995.
  • Britannica. “Sorghum (grain).” Encyclopaedia Britannica.
  • Wikipedia. “Sorghum.” Wikipedia, The Free Encyclopedia.
  • Seed World (2017). Ancient Pottery Reveals Sorghum’s Origin.
  • Today’s Dietitian (2020). Ancient Grains: Sorghum.
  • PBS. Variables: Sorghum — Guns, Germs, and Steel.